Tanggal : 5 Maret 2018
Tempat : Ngopi Dulu Ranggamalela
Peserta : Sis (KPA), Eva (HIMPSI), Mawar Unpad
Hasil :
Dalam beberapa tahun terakhir isu yang sangat penting bagi remaja di Indonesia adalah epidemi HIV dan AIDS, dimana saat ini Indonesia telah masuk ke dalam tipe epidemi terkonsentrasi (kecuali provinsi Papua dan Papua Barat). Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP, Populasi Kunci) 2015 menunjukkan prevalensi HIV pada populasi kunci: WPS 8,4%; waria 22,4%; pelanggan WPS 0,8%; lelaki seks dengan lelaki (LSL) 24,8% dan pengguna napza suntik 28,8%. Selain itu, STBP periode sebelumnya tahun 2011 menunjukkan bahwa sekitar 1 dari 3 orang populasi kunci ini adalah remaja yang berusia 15-24 tahun dan mereka telah memiliki eksperimen dengan seksualitas atau obat-obatan. Didalam semua kelompok yang telah disebutkan diatas, terdapat orang muda dan remaja dalam jumlah besar yang perlu mendapatkan perhatian dari berbagai lintas sektor. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia dengan proporsi remaja usia 15-24 Tahun yang mencapai 17% atau sekitar 64 juta dari total populasi penduduk.
Dari sisi respon penanggulangan AIDS, kebutuhan khusus orang muda beresiko masih belum terakomodasi. Kerapkali, kebijakan dan program serta upaya pengumpulan data belum menargetkan kebutuhan dan persoalan remaja populasi kunci. Sedangkan analisis data sekunder untuk Survei Terpadu Biologi dan Perilaku (STBP) tentang HIV menunjukkan bahwa remaja populasi kunci memiliki tingkat infeksi tinggi dan berada di pusat epidemi HIV, tetapi memiliki sedikit akses ke informasi dan layanan.
Pada tahun 2014, Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional bersama dengan Kementerian Kesehatan RI, UNICEF Indonesia, Fokus Muda, Burnett Institute dan Universitas Padjajaran mengembangkan sebuah program untuk merespon kebutuhan remaja populasi kunci dalam mengakses layanan HIV yang diintegrasikan dengan Layanan Komprehensif Berkesinambungan (LKB) dan SUFA (Strategic Use of ARV). Program ini ditujukan untuk merancang, melaksanakan dan mengevaluasi layanan HIV; peningkatan tes, pengobatan dan kepatuhan ARV (SUFA) serta menurunkan infeksi baru pada remaja populasi kunci di kota Bandung sebagai demonstration site yang kemudian program ini diberi nama HIV Lolipop (Lingkage of Quality Care for Young Key Population). Layanan Ramah Remaja (LOLIPOP) ini di terapkan di 8 Puskesmas, 1 Klinik swasta dan 4 Rumah Sakit . Dan berdasarkan data Penjangkauan yang dilakukan LSM Per Juli sd Desember 2017 populasi kunci remaja WPS, Penasun dan LSL usia 15 sd 24 cukup tinggi (tabel Terlampir). Sehingga keberadaan LOLIPOP cukup membantu di Kota Bandung.
Berdasarkan hasil FGD dengan populasi kunci, salah satu permasalahan yang mereka hadapi adalah terkait penerimaan diri sebagai populasi kunci dan juga penerimaan keluarga terhadap mereka, dibutuhkan suatu program atau metode yang dapat memberikan support agar mereka sebagai populasi kunci dapat menerima diri sehingga dapat menjalani hidup dengan baik dan dapat mengembangkan kemampuan diri untuk bekal hidupnya . Masalah lain yang dihadapi populasi kunci adalah apabila mereka sebagai ODHA maka permasalahan yang dihadapi menjadi ganda status sebagai populasi kunci dan ODHA tentunya diperlukan dukungan Psikososial agar mereka dapat mengurai beban dalam hidupnya, sehubungan dengan hal tersebut maka Komisi Penanggulangan AIDS Kota Bandung Berencana untuk Bekerjasama dengan HIMPSI Jawa Barat melalui Program KEKASIH (Kendaraan Konseling SIlih Asih) yang merupakan program Pemerintah Kota Bandung, diharapkan melalui kerjasama ini maka kedepan populasi kunci atau ODHA dapat konseling atau curhat terkait permasalahannya tanpa stigma dan judgement dari para psikolog yang ahli dibidangnya, dharapkan dengan program ini maka dapat meningkatkan Indeks Kebahagiaan warga Bandung khususnya Populasi kunci dan ODHA.
Rencana Tindak Lanjut :
- Audiensi dengan Ketua HIMPSI Jabar
- Diskusi dengan DInas Kesehatan terkait rencana program
- Sosialisasi Program kepada para Psikolog yang tertarik akan program
- Penguatan Psikolog terkait Populasi kunci dan HIV AIDS
- Running Program
Rapporteur: Sis Silvia Dewi